I made this widget at MyFlashFetish.com.

Jumat, 31 Desember 2010

tentang saya !

Pada tahun 1994, hari kamis tanggal 17 February di sebuah rumah bersalin di kota Makassar lahirlah seorang bayi perempuan. Bayi perempuan tersebut diberi nama Siti Hardiyanti Syam oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya berharap anak tersebut dapat tumbuh menjadi seorang pemimpin layaknya Siti Hardiyanti Rukmana. Bayi perempuan itu ialah aku sang penulis! Aku adalah putri dari pasangan Syamsu Alam dan Adriati.
Aku adalah anak keempat dari empat bersaudara. Aku mempunyai tiga orang kakak. Kakak pertamaku ialah seorang laki-laki bernama Muhammad Idham Chalid Syam lahir pada tanggal 1 Oktober 1989 yang sekarang sedang menuntut pendidikan di perguruan tinggi Universitas Hasanuddin fakultas teknik jurusan teknik geologi. Kakak keduaku ialah seorang perempuan bernama Dian Mustika Syam lahir pada tanggal 1 Desember 1990 yang sekarang belum menyelesaikan pendidikan SMA-nya dikarenakan sebuah penyakit yang dideritanya pada saat duduk dibangku kelas dua SMA dan kakak ketigaku ialah seorang laki-laki bernama Muhammad Ismail Syam lahir pada tanggal 24 April 1992 yang sekarang sedang menuntut pendidikan di perguruan tinggi Universitas Hasanuddin fakultas teknik jurusan terknik elektro.
Aku bersama keluargaku awalnya tinggal disebuah rumah kontrakan yang kecil, tapi ketika ayahku telah berhasil menjadi dosen di Universitas Hasanuddin, Alhamdulillah kami sekeluarga pindah ke rumah baru di perumahan dosen Unhas blok AB 11 Tamalanrea. Semenjak bayi, ibu memberikan ASI ekslusif selama 11 bulan kepadaku dan saat bayi aku pun selalu diberikan asupan makanan bergizi oleh kedua orang tuaku. Pada saat aku berumur tiga bulan, aku belajar merangkak, aku diajari oleh kedua orang tua maupun saudara-saudara yang lainnnya. Setelah aku berumur sekitar 12 bulan, aku mulai diajarkan berjalan. Sehingga pada saat 1 tahun lebih, aku sudah dapat berjalan, walaupun keseimbangan belum terlatih. Pada waktu itu, aku mulai dapat berbicara dimulai dengan kata-kata pendek seperti “papa”,”mama” dan lain-lain. Pada waktu aku berumur 3 tahun aku mulai aktif berbicara, bergerak dan mengekspresikan diri. Pada masa ini aku sangat senang sekali bermain dan bernyanyi.
Pada tahun 2001, aku mulai merasakan nikmatnya menuntut ilmu secara formal. Aku bersekolah di SD Inpres Kampus Unhas yang terletak tak jauh dari tempat tinggalku. Saat duduk di kelas 1, aku mulai bergaul dan bercanda dengan beberapa orang temanku. Prestasiku dikelas 1 ini cukup bagus. Aku mendapat ranking 1 di tiga caturwulan. Begitupun di kelas 2, aku ranking 1 di tiga caturwulan. Namun pada saat kelas 3, nilaiku menurun drastis bahkan tidak mndapatkan ranking. Hal itu disebabkan karena pada saat itu, aku izin tidak bersekolah selama sebulan lebih. Aku berangkat ke Bandung bersama ibu dan kakakku untuk menemani ayahku yang sedang menempuh pendidikan S3 di Universitas Padjajaran. Pada caturwulan berikutnya, aku dapat memperbaiki nilaiku sehingga aku masuk peringkat 3 besar di kelasku. Pada saat di kelas 6, aku mulai belajar lebih serius untuk menempuh ujian akhir nasional. Hingga saat ujian kelulusan tiba, jantungku berdebar-debar, senantiasa aku selalu berdoa karena saat itu pertama kalinya aku menghadapi ujian kelulusan. Alhamdulillah, aku dapat melewati ujian tersebut dengan baik dan nilainya pun memuaskan.

Aku mendaftar di SMPN 12 Makassar, karena menurut aku sekolah itulah yang unggul di kota Makassar. Hari ujian pun tiba, aku berhadapan dengan selembar kertas ujian yang menurutku lumayan sulit untuk aku pecahkan jawabannya. Tapi berkat usaha keras dan doa yang tiada hentinya kupanjatan kepada Tuhan akhirnya aku pun berhasil menyingkiran beratus siswa lainnya dan aku dinyatakan lulus. Senang sekali rasanya bisa bersekolah di SMPN 12 Makassar ini. Waktu kelas VII, aku masuk kelas VII 2. Aku senang sekali karena teman-temanku ramah dan baik. Ketika itu, aku mulai mencari jati diriku. Aku mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler. Salah satunya ialah basket. Tapi itu tak berlangsung lama. Aku hanya mengikuti kegiatannya pada saat kelas VII saja. Saat kelas VIII dan IX aku sudah tidak aktif lagi. Saat SMP prestasiku tak sama lagi pada waktu SD. Prestasiku banyak menurun, karena pada saat itu, ibuku terserang sebuah penyakit yang menurut dokter penyakit yang mematikan yaitu kanker payudara. Hal itu membuat aku merasa sedih sehingga aku tidak terlalu memikirkan pelajaran disekolah.
Beberapa bulan kemudian, penyakit ibuku semakin parah. Kankernya menjalar ke tulang paha sehingga menyebabkan ibuku tak dapat berjalan dan mengharuskannya menggunakan kursi roda. Kami telah berusaha berobat kemana-kemana. Dari medis maupun alternatif. Tapi hasil yang didapatkan sangat minim. Ketika aku melihat wajah ibuku, aku tak kuasa untuk menahan rasa sedihku. Hingga saat mendekati ujian semester, Allah SWT mempunyai kehendak lain. Ibuku wafat pada hari jumat, tepatnya pada jam 04.50 subuh. Kami sekeluarga sangat sedih dengan kepergian ibuku. Tapi kami harus ikhlas akan kepergiannya. Ada Allah yang lebih mencintainya.
Aku tak boleh terlalu larut dalam kesedihan, walaupun hatiku seakan teriris karena harus hidup tanpa belas kasih seorang ibu lagi. Tapi aku tetap harus berjuang dan kembali semangat. Ketika itu ujian semester sudah sangat dekat. Tinggal beberapa minggu lagi. Aku kembali belajar dengan giat dan menata kehidupanku kembali. Alhamdulillah, aku dapat melewati ujian semester dengan baik dan dengan nilai yang memuaskan.
Tahun ajaran baru pun tiba, aku sangat senang karena akhirnya aku menduduki bangku kelas VIII. . Di kelas VIII, aku masuk kelas VIII 1. Saat dikelas itulah terasa lebih berkesan, karena pada saat itu, aku memiliki teman-teman yang baik dan mengerti akan kondisiku dan tentunya karena kelas itu adalah kelas unggul di sekolahku. Berbulan-bulan aku lewati dengan tetap belajar di kelas ini hingga saatnya ujian tengah semester genap tiba, aku kembali mempersiapkan diriku sematang mungkin untuk menghadapi ujian ini. Tapi lagi dan lagi aku di beri ujian dari Tuhan, ayahku yang hanya tinggal seorang diri mengurus kami jatuh sakit dan diharuskan untuk dirawat inap di rumah sakit. Dokter menyatakan bahwa ayahku mengidap penyakit usus buntu dan menyarankan agar segera dioperasi. Akhirnya ayahku di operasi, tak lama menunggu, operasi ayahku pun telah selesai. Tapi ayahku belum sadarkan diri hingga diharuskan untuk di bawa ke ruang ICU. Beberapa hari di ruang ICU, ayahku kembali ke kamarnya untuk tetap di rawat inap. saat itu ayahku masih bisa tersenyum, bercanda bersama anaknya walau terbaring di kasur. Kami sekeluarga tak hentinya berdoa kepada Tuhan agar ayah kami bisa cepat sembuh dan segera pulang ke rumah, namun suratan takdir sudah dituliskan, ayah kami dipanggil oleh sang Khalik, tepat pada tanggal 9 April 2008, hari rabu pukul 3.00 suuh ayahku lenyap dari muka bumi ini. Hanyalah kenangan yang dapat kami simpan hingga detik ini. Ayahku dipersatukan kembali dengan ibuku di alam sana yang dulu harus terpisah karena maut, tapi kini mereka kembali merajut cinta kasih. Mungkin inilah yang dinamakan jodoh.
Bercucuran air mata jatuh deras membasahi pipiku. Ragaku seakan remuk karena cobaan yang berulang ini terjadi kembali. Sedih, marah, kecewa menyatu menjadi sebuah perasaan yang tak dapat digambarkan. Di usiaku yang sangat membutuhkan bimbingan dan kasih sayang kedua orang tuaku tak dapat kurasakan, mungkin inilah takdir hidupku menjadi seorang anak yatim piatu. Semenjak itu, aku berjanji pada diriku kalau akan selalu tegar dan kuat dalam kondisi apapun, dan tidak akan ada lagi air mata untuk yang kesekian kalinya. Itulah janjiku yang sampai detik ini selalu mengingatkanku untuk tetap bersabar.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya aku berhasil melewati masa-masa sedihku dan kembali membuka lembaran baru dan melukis hidupku di masa depan. Aku kembali bersekolah seperti biasanya hingga waktunya aku untuk ujian akhir nasional karena sekarang aku telah duduk di bangku kelas IX. Rasa takut akan ketidaklulusan selalu menghantui pikiranku, tapi aku optimis kalau aku bisa lulus dengan nilai yang memuaskan. Ujian pun berlangsung selama empat hari, hingga pengumuman kelulusan tiba. Syukur Alhamdulillah aku berhasil mendapat predikat lulus.
Saatnya mendaftar ke sekolah menengah atas yang tentunya unggul, dan pilihanku jatuh di SMA Negeri 5 Makassar. Sekolah yang sudah bertahun-tahun mendapat predikat unggulan di kota Makassar, itulah alasanku memilih sekolah ini, ditambah lagi ketiga saudaraku juga bersekolah di sekolah ini. Pada saat tes penerimaan siswa baru tiba, dengan semangat yang menggebu-gebu aku berangkat ke SMA Negeri 5 Makassar dan aku kebagian tes di SMAN 5 Makassar dan berada di ruang 21. Walaupun soal-soal nya terbilang antara sulit dan tidak sulit, saya mengerjakan soal-soalnya dengan sebaik mungkin dan mencoba memberikan yang terbaik.
Pengumuman kelulusan tiba, dengan segera kucari tahu kelulusanku, hingga jelas terlhat nomor tes1272 ada pada hasil pengumuman itu. Aku berhasil lagi mengalahkan ribuan siswa yang bersaing mendapat bangku di sekolah ini. Dengan penuh kebahagiaan dan rasa syukur secara spontan aku langsung bersujud kepada Allah SWT. Seandainya kedua orang tuaku masih hidup, pasti kemenangan ini akan lebih menyenangkan. Tapi inilah cara membuat beliau ikut tersenyum di sana.
Tibalah saatnya dimana aku harus berjuang untuk menuntut ilmu di sekolah ini, dan aku harus menjadi lebih sukses dari apa yang telah aku dapatkan di SMP dahulu. Dengan segenap usaha dan tekad yang kuat dan ditambah dengan doa dan dukungan dari orang yang ada di sekelilingku aku bisa melewatinya. Tadinya aku ragu, apakah aku sanggup atau tidak. Namun aku benar-benar dituntut untuk dapat hidup mandiri dan dimulai dari saat ini. Susah awalnya, namun lama-kelamaan aku mulai terbiasa.

Waktunya pembagian kelas, aku mendapat kelas yang dulunya sama dengan kelas kakak ketigaku, kelas X5. Aku sangat suka dengan suasana kelas ini, berbeda dengan SMP dulu. Di SMA inilah aku ingin aktif di ektrakulikuler dan juga organisasi. Aku memilih ektrakulkuler Remaja Masjid atau dikenal dengan Ramnut, aku juga ikut bergabung di OSIS SMA Negeri5 Makassar. Walau belum sepenuhnya aku terlibat dalam OSIS tapi aku senang bisa bergabung dalam keluarga besar OSIS yang banyak mengajarkan hal-hal positif yang tentunya sangat bermanfaat untuk diriku, hingga detik ini aku masih tetap berada di keluarga besar OSIS.
Satu tahun ajaran terlewati, sekarang aku menduduki bangku kelas XI dan dan mendapat jurusan IPA, aku masuk di kelas XI IPA 6. Kelas ini adalah kelas terakhir jurusan IPA, banyak yang berasumsi bahwa siswa di dalamnya tidak begitu cerdas karena terdapat di kelas terakhir, tapi untuk aku, kelas manapun kita jika ada keinginan untuk belajar dan sukses pasti akan berhasil, karena kesuksesan tidak dilihat dari urutan kelas tapi dari seberapa besar usaha kita meraih kesuksesan tersebut. Itulah salah satu prinsip yang aku pegang untuk tetap semangat mengejar impian. Pengalaman yang telah kuhadapi membuatku ingin tetap bertahan hidup merasakan aroma kesuksesan. Karena hidupku adalah aku!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar